Oleh:
Pangeran Mudho
Fase Sriwijaya
Sejarah
Sriwijaya terhitung sejak Maharaja Dapunta Hyang atau Sri Jayanasa (671 M)
hingga Maharaja Srimat Tralokaraja Maulibhusana Marwadhewa (1183M) telah mengukir
sejarah gemilang dan memenangkan perjuangan dalam medan tempur atau penahlukan
di bumi Nusantara ataupun Asia Tenggara, Kerajaan ini
mencapai kejayaan pada abad 9-10 M dengan menguasai seluruh jalur perdagangan
maritim di Asia Tenggara. Sriwijaya mencapai
puncak kejayaan pada masa kekuasaan Dapunta Hyang Sri Jayanaga. Dapunta Hyang
Sri Jayanaga dikenal pandai dalam meramu aneka taktik perang dan juga peduli
terhadap rakyatnya. Selama Dapunta Hyang Sri Jayanaga memerintah, kerajaan
Sriwijaya berhasil menguasai semua wilayah kerajaan yang meliputi hampir
seluruh Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya saat itu bahkan terkenal dengan
armada laut paling kuat dalam sejarah bangsa Indonesia. Dalam sebuah prasasti
disebutkan bahwa Dapunta Hyang Sri Jayanaga melakukan ekspansi selama 8 hari
dengan 20.000. Tujuan dari ekspansi adalah untuk memperluas daerah kerajaan dan
berhasil membuat Sriwijaya menjadi makmur. Demikian menurut Selamet Muljana
(Sriwijaya,2006).
Sebelum
kita memehami peran pemuda dan mahasiswa dalam konstalasi sejarah sriwijaya,
langkah selanjutnya adalah mencoba memberikan fase-fase Sriwijaya dalam sejarah
sehingga dengan demikian Sriwijaya serta kejayaannya akan dekat dengan nadi
kehidupan bangsa sumatera. Fase pertama
adalah, Fase rintisan dan keemasan Sriwijaya sekisar tahun (684M-1004M) pada
fase sering disebut sebagai fase rintisan dan keemasan Sriwijaya, Kerajaan ini mencapai kejayaan pada abad (9-10 M) dengan
menguasai seluruh jalur perdagangan Maritim di Asia Tenggara.
Fase kedua fase Transisi
sekisar tahun 1004-1200 M / (Abad 11-13M.), disebut fase transisi dikarenakan
pada abad ini adalah abad keruntuhan orisinalitas Sriwijaya yang akan
tergantikan oleh Kerajaan Majapahit di Jawa, pada fase ini fase kehancuran bagi
sriwijaya disebabkan serangan dari negeri jajahan. Ada beberapa factor yang
menyebabkan secara rinci diantara ialah, Pertama, Kerajaan Sriwijaya menerima
serangan yang berhasil menghancurkan armada perangnya. Kejadian itu terjadi
pada tahun 1017 dan 1025. Sriwijaya diseraung oleh Rajendra Chola I, seseorang
dari dinasti Cholda di Koromande, India Selatan. Kedua serangan tersebut
membuat perdagangan di wilayah Asia tenggara jatuh pada Raja Chola. Namun,
walaupun telah habis-habisan tetapi Kerajaan Sriwijaya masih tetap berdiri. Kedua, Beberapa daerah taklukan Sriwijaya
melepaskan diri karena kekuaan militernya melemah. Sampai muncul Dharmasraya
dan Pagaruyung, yang kemudian menjadi kekuatan baru dan menguasai kembali
wilayah jajahan Sriwijaya mulai dari Semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Jawa
bagian barat. Ketiga, Berkurangnya pedagang yang melakukan aktivitas
perdagangan di Kerajaan Sriwijaya. Hal itu disebabkan karena daerah strategis
yang dulu merupakan bagian dari Sriwijaya jatuh ke tangan raja-raja di
sekitarnya. Keempat, Munculnya kerajaan-kerajaan yang kuat seperti Dharmasraya
yang sampai menguasai Sriwijaya seutuhnya. Selain itu ada juga Kerajaan
Singhasari yang tercatat pernah melakukan sebuah ekspedisi yang bernama
ekspedisi Pamalayu. Hingga akhirnya Kerajaan Sriwijaya pun runtuh di tangan
Kerajaan Majapahit pada abad ke-13 M.
Sebelum masuk fase ketiga, perlu dicatat bahwa Sriwijaya pada abad
ke-!4-16 nyaris tidak memiliki data, namun hemat penulis keberadaan Sriwijaya
berada dibawah kedaulatan Maharaja Majapahit. fase ketiga, Kesultanan
Palembang, sekisar tahun 1659-1945 M /
(17-21M). pada fase ketiga ini ditandai oleh basis ke-Islaman serta menjadi
negeri jajahan atas Belanda dan Inggris. Hingga ditandai berdirinya sebuah
Negara baru yakni Negara Indonesia. Terbentuknya Negara Indonesia, keberadaan
Sumatera-Selatan menjadi suatu wadah atas peninggalan Sriwijaya secara
teritorial, kebudayaan, pendidikan, serta ekonomi. Namun, terdapat beberapa
catatan, pertama, nama sumatera-selatan memiliki keistimewaan tersendiri, namun
dalam ruang peran serta partisipasi dikancah nasional sangat terbatas, kendati
ada tidak terbentuknya ruang persekutuan yang masif dan nyaris tokoh-tokoh
tersebut tidak mampu secara aktif dan masif mendistribusikan kalangan muda
dikancah nasional sehingga sangat tampak cara berfikir individualistic.
Dengannya, Generasi muda yang terdiri dari
Pemuda, Santri, Pelajar, dan Mahasiswa terhitung sejak tahun 2014 di Yogyakarta
yang di pelopori oleh organisasi IKPM Sumsel oleh Pangeran Mudho menawarkan
Kebangkitan Sriwijaya Fase Ke-4. Atau hemat Penulis adalah Fase Ke-empat dari
sejarah Sriwijaya. Dasar pemikiran dari gagasan besar diatas didasarkan atas
Ke-Maharajaan Sriwijaya yang selama ini telah dijadikan peninggalan belaka,
sehingga marwah dan kebesaran itu sendiri memiliki skala yang terbatas,
“seindah apapun lukisan, tetaplah lukisan”, namun, “Perubahan Besar adalah
sebuah keniscayaan, namun jika terus berusaha dan berjuang secara totalitas
akan menjadi emas dan permata pada masanya”. Lebih dari itu, pada fase ke-empat
ini ditandai adanya peradaban digital, lahirnya para Ksateria dari rahim serba
organik.
Tanggungjawab Generasi Sriwijaya
Melakukan
pengkajian dan mengaktualkan gagasan besar yang dirunut dari sebuah kebesaran
Sriwijaya tentu menjadi sebuah keharusan bagi kita pemuda atau mahasiswa,
pribumi atau yang dibesarkan di Bumi Sumatera. kendati genealogi sejarah
Sriwijaya seakan putus pada abad ke-12M dan nyaris sangat sulit untuk menyusun
secara sistematis garis genealogi Sriwijaya yang sekarang diyakini bahwa
Keraton Darussalam adalah peninggalan secara genealogi maupun bangunan dari
kerajaan Sriwiajaya. Berangkat dari sepenggal catatan gemilang Sriwijaya
diatas, setidaknya kalangan muda khususnya kalangan pemuda dan mahasiswa
memiliki tugas suci yang pertama terus berusaha memahami sejarah, kedua
menyempurnakan sejarah dan yang ketiga melanjutkan sejarah Sriwijaya.
Untuk
mengexplorasikan yang pertama, berusaha memahami sejarah. Menurut pakar sejarah
seperti Selamet hematnya terdapat kerancuan dalam memahami antara asas idealita
dan asas realita sejarah sriwijaya. Dalam hal ini, yang penting dilakukan
adalah penguatan dan pendalaman aneka
data dan fakta yang ada. Dengan demikian keberadaan asas idealita dan realita
akan terus berdealektika hingga zaman yang akan menyempurnakan sejarah
tersebut, pada tahap ini menempati posisi yang dasar bagi kalangan pemuda dan
mahasiswa untuk memahami asal usul sriwijaya.
Untuk
mengexplorasikan yang kedua, menyempurkan sejarah. 8 Abad lamanya keterputusan
sejarah Sriwijaya diantaranya akibat kurangnya kemauan kalangan pemuda dan
mahasiswa dalam memahami dan menginternalisasi wawasan sejarah Sriwijaya
sehingga bagi kalangan generasi baru harus mengulang dari awal kembali ketika
harus mempelajari sriwijaya. Dengannya, membangun kesadaran akan sejarah
Sriwijaya menjadi sebuah keharusan dan harus menempati posisi yang sentral
dalam sebuah studi baik yang difasilitasi pemerintah ataupun lembaga swasta.
Pada tahap ini yang harus diperhatikan adalah memperkuat data-data yang bersifat
asas idealita dan realita sehingga data tersebut akan mudah di buktikan
(demonstrasikan) dengan aneka pendekatan dan metodologi yang ada. Sehingga
tahap kedua ini akan mempermudah menuju tahap yang ketiga.
Untuk
mengexplorasikan yang ketiga, melanjutkan sejarah. Tugas yang sangat wajib
dilakukan oleh kalangan Pemuda dan mahasiswa atau generasi baru sebuah daerah
adalah melanjutkan sejarah. Untuk melanjutkan sejarah, sangat membutuhkan
pemahaman dan penginternalisasian pada tahap pertama dan tahap kedua dengan
baik, sehingga reformulasi pergerekan melanjutkan sejarah akan terus terpupuk
dan akan dinamis mesti zamannya berbeda dan tantangannya berbeda.
Visi & Misi Generasi Sriwijaya
Pertama, terwujudnya
perdamaian antar umat beragama dari masa sriwijaya fase pertama hingga keempat.
Kedua, terjalinnya hubungan antara sumatera-selatan dengan
provinsi lain dan mancan Negara serta pengiriman para pemuda untuk belajar
diluar sumatera-selatan dan diluar Indonesia yang bebas aktif. Ketiga, sebagai Negara Maritim Sriwijaya
telah menerapkan konsep Negara kepulauan sesuai dengan konsepsi wawasan
nusantara. Keempat, sriwijaya telah
memiliki kedaulatan yang sangat luas, demikian pun Sumatera selatan, sebelum terdapat
pemekaran wilayah sumatera-selatan memiliki luas wilayah yang sangat luas, dan
akhirnya Sumatera bagian selatan menjadi simpul serta refrensi utama bagi
kemajuan provinsi tetangga. Kelima,
Sriwijaya menjadi pusat pelayanan, perdagangan, pendidikan sehingga kehidupan
masyarakat tercipta sangat makmur dan sejahtera, demikian pula Sumatera-selatan
dari masa Sumatera bagian selatan hingga sekarang tetap menempati posisi
sentral dalam wilayah perekonomian, pendidikan, pelayanan serta kebudayaan.
Langkah-langkah Generasi Sriwijaya Fase Ke-4
Setelah merefleksikan secara jernih Sriwijaya
fase pertama hingga fase ketiga penulis berpandangan terdapat langkah-langkah
yang harus dilakukan secara masif oleh generasi Sriwijaya Fase Ke-4 untuk
menuju kegemilangan generasi fase Ke-4 . Adapun langkah-langkah tersebut
pertama, meningkatkan di sektor perekonomian yang berdaulat dan sejahtera.
Kedua, meningkatkan di sektor Pendidikan dengan sebenar-benarnya. Ketiga,
meningkatkan serta memelihara kebudayaan baik yang termaktub didalam sejarah
Sriwijaya ataupun setelah terbentuknya Indonesia. Keempat, berusaha
meningkatkan di sektor Industri dan Teknologi dan mampu bersaing di dalam
ataupun diluar Negara. Kelima, memelihara dan meningkatkan basis kepemimpinan
regional dan nasional sebagaimana termaktub kepemimpinan Sriwijaya, “Sabda
Raja, Maharaja, Ribuan Raja”.
Lima langkah diatas merupakan dasar dari arus
perubahan atas kebangkitan Sriwijaya Fase Ke-4 yang harus dimotori oleh
kalangan muda serta kalangan tua. Dan generasi muda harus mampu menjadikan hal
diatas sebagi manifesto sabda perubahan dan mampu menjadi ledakan kesadaran
regional serta nasional untuk bersama-sama membangun kebajikan peradaban
lebih-lebih adalah Buluprint atas kebangkitan gilang-gemilang generasi muda
Sriwijaya Fase Ke-4. Dan tiap-tiap pemuda hendaknya harus memiliki Pertama,
Samraj, artinya berdaulat atas rakyatnya. Kedua,
Indratvam, artinya memerintah seperti Dewa Indra yang selalu memberikan
kesejahteraan bagi rakyatnya. Ketuga,
Ekachattra, artinya mampu memayungi (melindungi) seluruh rakyatnya.
0 Response to "PEMUDA MENGAPAI KEBANGKITAN SRIWIJAYA FASE KE-IV"
Post a Comment