Oleh : Shohibul Kafi, S.Fil
(Penulis
Alumni Mahasiswa Filsafat UIN Sunan Kalijaga, Aktivis NU, dan Juga
Kader
Partai PDI Perjuangan)
Louis
Althusser, filsuf strukturalis Marxis, memperkenalkan konsep Aparatus Ideologi
Negara (ISA) dan Aparatus Represif Negara (RSA) sebagai alat analisis untuk
memahami bagaimana kekuasaan dipertahankan dalam masyarakat. Dalam konteks
politik Indonesia, langkah-langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap PDI
Perjuangan, Presiden Prabowo Subianto, Koalisi Indonesia Maju (KIM), dan rakyat
Indonesia dapat dianalisis melalui lensa teori ini. Jokowi dituduh memanfaatkan
ISA untuk membangun hegemoni ideologisnya, sambil menggunakan RSA untuk
mengamankan kekuasaan melalui kontrol represif.
Pengkhianatan
terhadap PDI Perjuangan: Penguasaan ISA Partai Politik
PDI
Perjuangan adalah salah satu Aparatus Ideologi Negara yang merepresentasikan
ideologi nasionalis progresif warisan Bung Karno. Melalui partai ini, Jokowi
naik ke panggung politik nasional. Namun, setelah menjabat sebagai presiden,
Jokowi dianggap melakukan pengkhianatan dengan melemahkan ideologi partai demi
kepentingan pragmatis. Dalam teori Althusser, partai politik sebagai ISA
berfungsi mereproduksi ideologi negara dan menjaga loyalitas terhadap ideologi
tersebut. Jokowi, dalam pandangan ini, justru membajak ISA ini untuk membangun
citra personalnya. Ia mempromosikan putranya Gibran Rakabuming Raka, yang tidak
melalui proses kaderisasi PDI Perjuangan, sehingga melemahkan struktur internal
partai.
Hal ini
menunjukkan bahwa Jokowi memanfaatkan partai bukan sebagai alat ideologi,
melainkan sebagai kendaraan politik sementara yang bisa ditinggalkan setelah
mencapai tujuannya. Akibatnya, PDI Perjuangan, yang seharusnya menjadi penjaga
ideologi Bung Karno, berpotensi kehilangan arah. Langkah Jokowi ini menunjukkan
bagaimana ISA partai politik dapat diinstrumentalisasi untuk kepentingan
individu, bukan ideologi kolektif.
Pengkhianatan
terhadap Prabowo Subianto: Kontrol melalui RSA yang Terselubung
Presiden
Prabowo Subianto adalah sekutu politik Jokowi dalam Koalisi Indonesia Maju.
Namun, melalui lensa Althusser, hubungan ini dapat dilihat sebagai cara Jokowi
menggunakan Aparatus Represif Negara untuk mengendalikan sekutunya. RSA,
seperti militer dan institusi keamanan, biasanya digunakan untuk memastikan
stabilitas kekuasaan. Dalam kasus ini, Jokowi tampaknya mengintegrasikan
Prabowo ke dalam lingkaran kekuasaannya untuk mereduksi ancaman politik.
Contoh yang
mencolok adalah dukungan Prabowo terhadap Gibran dalam pemilihan kepala daerah,
yang lebih mencerminkan pengaruh Jokowi daripada independensi Prabowo. Hal ini
menunjukkan bahwa Jokowi berhasil mengarahkan RSA ke arah yang mendukung
kepentingan politiknya. Prabowo, yang awalnya merupakan oposisi kuat, kini
berisiko menjadi alat legitimasi bagi hegemoni Jokowi.
Pengkhianatan
terhadap Koalisi KIM: Memecah melalui ISA
Koalisi
Indonesia Maju (KIM) adalah gabungan partai-partai yang mendukung pemerintahan
Jokowi. Dalam analisis Althusser, koalisi ini berfungsi sebagai ISA yang
menciptakan legitimasi politik bagi kekuasaan Jokowi. Namun, kritik yang muncul
menunjukkan bahwa Jokowi menggunakan taktik "pecah belah"
untuk melemahkan kekuatan kolektif koalisi, menjadikannya alat penguat
personalisme politik.
ISA bekerja
melalui ideologi untuk menciptakan konsensus, tetapi Jokowi justru menggunakan
koalisi untuk mendukung kepentingan keluarganya, seperti terlihat dalam promosi
politik Gibran. Akibatnya, koalisi yang seharusnya menjadi forum kolektif
ideologis berubah menjadi instrumen individual yang melayani kepentingan
sempit. Langkah ini melemahkan independensi partai-partai di KIM, menciptakan
ketergantungan pada Jokowi, dan memperkuat kontrolnya atas sistem politik.
Pengkhianatan
terhadap Rakyat Indonesia: Hegemoni Ideologi dan Represi
Pengkhianatan
terbesar Jokowi, menurut kritik ini, adalah terhadap rakyat Indonesia. Dalam
teori Althusser, rakyat adalah subjek yang dibentuk oleh ISA seperti
pendidikan, media, dan agama. Jokowi dinilai berhasil membangun hegemoni
melalui ISA ini untuk menciptakan citra sebagai pemimpin yang sederhana dan
pro-rakyat, meskipun kebijakan-kebijakannya sering kali dinilai lebih
menguntungkan oligarki daripada masyarakat umum.
Beberapa
kebijakan kontroversial, seperti UU Cipta Kerja dan pembangunan Ibu Kota Negara
baru, menunjukkan bagaimana ISA digunakan untuk membenarkan langkah-langkah
yang sebenarnya tidak populer. Media massa, sebagai bagian dari ISA, memainkan
peran penting dalam membangun narasi yang menguntungkan Jokowi, sementara
kritik dari rakyat ditekan atau direduksi.
Selain itu,
RSA juga digunakan untuk mengendalikan perlawanan. Demonstrasi besar yang
dilakukan oleh mahasiswa dan buruh, misalnya, sering kali dihadapi dengan
tindakan represif. Hal ini mencerminkan bagaimana Jokowi menggunakan kekuasaan
negara tidak hanya untuk membangun hegemoni ideologis tetapi juga untuk meredam
oposisi.
Ancaman
terhadap Demokrasi dan Ideologi Bangsa
Melalui
teori Louis Althusser, langkah-langkah politik Jokowi dapat dilihat sebagai
pengkhianatan sistematis terhadap ISA dan RSA yang seharusnya berfungsi untuk
menjaga demokrasi dan ideologi bangsa. Pengkhianatan terhadap PDI Perjuangan,
Prabowo Subianto, Koalisi KIM, dan rakyat Indonesia mencerminkan upaya untuk
mempertahankan kekuasaan melalui manipulasi ideologi dan kontrol represif.
Jokowi
berhasil menggunakan ISA untuk menciptakan legitimasi politiknya, tetapi
langkah ini melemahkan institusi-institusi ideologis seperti partai politik dan
koalisi. RSA digunakan untuk mengendalikan oposisi dan memastikan stabilitas
kekuasaannya, meskipun hal ini merusak demokrasi substantif.
Untuk
melawan ancaman ini, rakyat, terutama pemuda dan mahasiswa, harus menjadi
subjek yang sadar ideologi. Mereka harus membangun gerakan kolektif yang mampu
menantang hegemoni ideologi Jokowi dan mengembalikan demokrasi Indonesia pada
jalur yang lebih inklusif dan substantif. Hanya dengan begitu, ISA dan RSA
dapat berfungsi sesuai dengan tujuan awalnya: melayani rakyat, bukan kekuasaan
individual.

0 Response to "HEGEMONI KEKUASAAN JOKOWI: MEMBONGKAR PENGKHIANATAN MELALUI LENSA ALTHUSSERIAN"
Posting Komentar