Refleksi Keberadaan ICMI

(Penyambung lidah Sarjana Indonesia)
Oleh: Shohibul Kafi, S.Fil.I

ICMI kepanjangan dari (Ikatana Cendikiawan Muslim Indonesia) adalah julukan maupun hasil singkatan sangat elok dan mendeskripsikan eksistensi para intelektual sarjana Muslim Indonesia. Dan tentunya menampakan akan hasil atau karya ansih terhadap pendidikan di indonesia. Dan sudah menjadi keseharusan bagi para calon sarjana maupun para sarjana untuk mengetahui ICMI dan kinerja serta cakupan dari ICMI itu sendiri. 
Namun secara pribadi, di jogjakarta ini saya secara pribadi tidak pernah bertemu dan mengerti apa yang dilakukan oleh ICMI, sementara itu di jogja dan juga menyandang kota pelajar atau kota pendidikan yang seharusnya ICMI wajib menampakkan diri dan membantu memahamkan (sosialisasi) eksistensinya namun, nyatanya tidak memiliki bukti konkrit atas keberadaanya. 
Lalu, sebenarnya apa ICMI itu? Tentu akan mengundang pertanyaan begitu bukan. Saya pun bertanya terhadap diri saya secara pribadi. Mengapa secara sturuktur ICMI Pusat maupun Daerah diisi oleh para politisi atau kalangan elitis intelektual yang sama sekali tidak pernah turun di kalangan pelajar dan mahasiswa. Memang kali ini ICMI perlu dipertanyakan lebih lanjut, apakah ICMI layaknya seorang yang hendak ke dealer membeli sepeda motor lalu ia pun memiliki sepeda motor? Ataukah eksistensi ICMI memiliki basis kontribusi terhadap siswa mahasiswa dan sarjana atau aparatur negara?
Di Negara yang notabene Muslim, sebut saja Indonesia. Harusnya ICMI menjadi salah satu Organisasi pelopor dan pengkritisi atas keberlangsungan hidupnya sebuah intelektual atau bahkan mengontrol setiap kebijakan pendidikan, dimana pendidikan merupakan alat produksi pengetahuan. Bukan malah seperti kentut, ada esensinya namun tidak ada eksistensinya. 
Tujuan dan Fungsi ICMI Saat pertama kali didirikan, ICMI dipimpin oleh Prof. Dr. BJ Habibie, selaku Menteri Negara Riset dan Teknologi. Hal ini sesuai dengan maksud didirikannya ICMI yaitu meningkatkan kemampuan umat Islam dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pilihan ini tepat karena penguasaan iptek akan menjadi faktor penentu bagi suksesnya pembangunan Indonesia di abad ke-21.
Seperti tertulis dalam anggaran dasarnya, ICMI bertujuan mewujudkan tata kehidupan masyarakat madani yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala dengan meningkatkan mutu keimanan dan ketaqwaan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam, kecendekiawanan dan peran serta cendekiawan muslim se-Indonesia. ICMI merupakan ormas yang berbasis Islam dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam berorganisasi, ICMI memiliki 3 sifat yakni ke-Islaman dan ke-Indonesiaan; keilmuan, keahlian, kecendekiawanan, dan kebudayaan; serta keterbukaan, kebebasan, kemandirian, dan kekeluargaan.
Dari perspektif politik, kehadiran ICMI ini memiliki pengertian strukturalistik. Dengan berhimpun dalam satu wadah, sumber daya intelektual dan spiritual akan memperkaya wahana dan infrastruktur umat Islam. Basis ini dengan sendirinya akan memberi kesempatan untuk mengasah sumber-sumber kekuasaan agar menjadi kekuatan politik yang fungsional. Akses politik Islam akan menjadi semakin terlihat.
ICMI diharapkan menjadi salah satu lembaga yang memperkuat interaksi Islam sebagai kekuatan politik dengan birokrasi dan pembuat keputusan. Dari proses interaksi ini, diharapkan keluar kebijaksanaan-kebijaksanaan yang berguna bagi pembangunan kesejahteraan umat dan peningkatan kualitas manusia serta pengembangan bidang spiritual.
Menurut Emil Salim, ICMI merupaka wadah yang terbuka bagi seluruh intelektual Islam. Potensi cendekiawan muslim yang berasal dari aliran apapun, warna politik manapun, dari kelompok manapun, selama ia muslim dapat dihimpun dalam kesatuan cendekiawan muslim. Menurut Nurcholis Madjid, munculnya ICMI adalah akibat dari pertumbuhan masyarakat Islam di Indonesia.
Kegiatan-kegiatan ICMI Guna mewujudkan tujuannya dan dalam rangka menegakkan kebajikan, mencegah kemungkaran, ICMI menyelenggarakan kegiatan-kegiatan berikut: 
Meningkatkan mutu komitmen dan pengamalan keimanan-ketaqwaan, kecendekiawanan, dan keahlian para anggota melalui peningkatan pembelajaran dan koordinasi sistem jaringan informasi dan komunikasi di dalam maupun di luar negeri.
Mengembangkan pemikiran, menyelenggarakan penelitian dan pengkajian yang inovatif, strategis, dan antisipatif dalam rangka mempengaruhi kebijakan publik serta berupaya merumuskan dan memecahkan berbagai masalah strategis lokal, regional, nasional dan global.
Berperan aktif mengembangkan sistem pendidikan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam rangka mencerdaskan kehidupan masyarakat dan bangsa, khususnya umat Islam Indonesia.
Menyelenggarakan berbagai kegiatan pemberdayaan dan advokasi kebijakan di bidang sosial, ekonomi, hukum, danbudaya dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan martabat rakyat kecil dan kaum yang lemah guna
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mempublikasikan dan mengkomunikasikan hasil-hasil pemikiran, penelitian, penelitian, dan inovasi bekerjasama dengan berbagai kalangan, baik perorangan, lembaga, perhimpunan, pemerintah maupun swasta.
Struktur Organisasi ICMI struktur Organisasi ICMI terdiri atas Organisasi Satuan (Orsat) dengan lingkup kecamatan, Organisasi Daerah (Orda) untuk lingkup Kabupaten / Kota, Organisasi Wilayah (Orwil) untuk tingkat Propinsi, dan Organisasi Pusat yang berskala nasional. Apabila disuatu daerah tertentu ada kasus khusus, maka untuk mempermudah pengaturan administrasi dan koordinasi dapat dibentuk Organisasi Wilayah. 
Jika diperlukan Badan Otonom, Batom ini dapat dibuat dan dipertanggungjawabkan kepada kepala koordinasi Batom sesuai dengan jenjang organisasinya. Batom adalah Badan Otonom milik ICMI yang melakukan kegiatan Usaha yang secara otonom untuk memajukan ICMI dan anggotanya yang didasari kepada transparansi dan akuntabilitas serta mempertanggungjawabkannya kepada manajer ICMI sesuai dengan jenjang organisasi. 
ICMI adalah organisasi cendekiawan muslim yang mnghimpun berbagai unsur cendekiawan dari berbagai kalangan masyarakat. Untuk memelihara dan melestarikan persatuan dan kesatuan banga, ICMI melakukan kerjasama dengan pemerintah, organisasi cendekiawan lain, ormas-ormas, dan berbagai unsur masyarakat.
Saya kira dari tujuan dan fungsi, kegiatan dan struktur pada bagian diatas sudah sangat terdeskripsikan. Lalu bagaimana peran hari ini ICMI merealisasikannya. Hal ini juga harus menjadi tanggung jawab bersama sesuai dengan manhaj dan prosedelur yang ada yang telah diatur dalam AD-ART ICMI sendiri. Sebagai bentuk tuntutan bagi Pelajar, Mahasiswa, Sarjana Yogyakarta, ICMI harus membuka selebar-lebarnya sosialisasi eksistensi (rekeuitmen) kaderisasi. Sebab bila hal ini tidak dilakukan secara berlanjut maka seperti yang telah terjadi ICMI tidak bergerak sesuai dengan ruang karena terhambat oleh proses kaderisasi.
Mengabdi untuk kecerdasan dan kesadaran bangsa, menuju Indonesia bermartabat. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Refleksi Keberadaan ICMI"

Post a Comment